Bersemangat ingin segera menjalankan bisnis catering, saya bersama suami mulai promosi sana-sini . Meskipun sebenarnya saya belum begitu mantap karena belum mendapatkan tenaga kerja tetap yang membantu jadi asisten koki. Namun dari promosi kecil-kecilan itu, akhirnya HELTY CATERING mendapatkan order.
Order pertama datang dari keluarga Bapak Nian Jaya, pemilik beberapa usaha di bawah naungan CV NIAN JAYA. Menu yang mereka pilih, GULAI IGA SAPI. Setelah menikmati masakan HELTY CATERING, beliau mengatakan bahwa masakan HELTY enak. Mungkin itu karena perpaduan 23 bumbu rahasia yang saya racik. Berbagai bumbu rahasia tersebut sebenarnya warisan leluhur yang saya peroleh ketika saya sering bergaul dengan para pemasak di lingkungan keluarga saya.
Order kedua datang dari Panitia Idul Adha 1432 YAYASAN PENDIDIKAN TNH MOJOKERTO. Kali ini menu yang dipesan adalah Lele Bakar Bumbu Dendeng Sapi. Menurut komentar beberapa orang yang menikmati masakan ini, menu ini juga istimewa. Rata-rata belum pernah ada yang menikmati jenis masakan yang saya ciptakan ini. Perpaduan citarasa barbeque, sambal terong, dan sambal bajaknya memang sangat berkelas. Pertama kali saya sendiri juga tidak menduga masakan saya akan seenak ini.
Order lain datang dari Ibu SUPRIHATIN. Beliau memesan masakan khas Jogja Jateng, AREM-AREM. Jenis masakan ini awalnya adalah jenis masakan untuk bekal perjalanan. Nasi yang dimasak dengan diberi santan dan di dalamnya ditaruh sambel goreng atau sayur kering.
Berikutnya ada lagi pesanan dari SMP TNH Mojokerto. Kali ini menu yang diminta adalah AYAM BAKAR, TRANCAM. Masakan saya yang ini juga dapat komentar bagus. Perpaduan antara ayam bakar dan sambal bajak serta hidangan trancam yang segar membuat menu yang saya sajikan ini memang layak bagi pribadi berselera.
Dari beberapa pesanan dan komentar yang saya dapatkan, saya yakin masakan yang saya buat layak bagi Anda juga dan cocok bagi lidah siapa pun dan dari latar belakang budaya mana pun.
IKLAN
CONTACT PERSON: TIA MAHENDRA: 081913215160 (XL) atau 081357033307 (Simpati)
Tuesday, November 22, 2011
Wednesday, November 9, 2011
LOGO HELTY CATERING
Untuk bisa melayani pesanan catering, tentu memerlukan sebuah kemasan dan demi mengenalkan sebuah produk tentu butuh nama sekaligus logo.Untuk kepentingan itu, suami saya merancang nama dan logo untuk catering saya.
Kami memutuskan untuk memberi nama catering kami, HELTY CATERING. Ada dua makna yang kami inginkan muncul dari nama itu. Hel, sebenarnya adalah singkatan nama anak perempuan saya Helga. Ty= sebenarnya saya ambil dari nama saya Tia Mahendra. Meskipun sebenarnya nggak terlalu pas. Selain itu, dari nama HELTY saya ingin agar nama tersebut berasosiasi dengan healthy (sehat).
Kalau masalah healthy ini, saya memang sangat peduli dengan kesehatan makanan. Mencermati semakin banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh makanan, maka saya sangat hati-hati dalam memasak dan menyajikan hidangan, baik itu untuk keluarga saya sendiri atau pun untuk orang lain.
HELTY CATERING
Lama sekali punya ide memiliki rumah makan tetapi belum juga terwujud. Selain karena anak-anak masih kecil dan belum bisa ditinggal untuk beraktivitas yang lain, yang jelas terbentur masalah permodalan. Yang selalu saya bayangkan adalah sebuah rumah makan yang mewah yang memiliki perabot yang lengkap. Atau kalau mendirikan catering juga pasti membutuhkan banyak modal dan peralatan.
Sampai akhirnya, beberapa minggu yang lalu, suami saya mendapat ide dari seorang teman. "Bagaimana kalau dimulai dari catering yang sederhana dulu. Tak butuh tempat, hanya butuh promosi dan tempat untuk memasak,"demikian saran teman tersebut. Dengan saran tersebut, akhirnya saya punya kemantapan hati untuk memulai bisnis makanan ini. "Tapi saya lihat dulu masakannya! Kira-kira bisa diterima orang sini nggak? Saya coba seminggu," kata teman kami tersebut.
Akhirnya, Sabtu 22 Oktober 2011, saya mulai memasak untuk catering. Saya kirim beberapa tester ke teman-teman. Menu pertama saya, GULAI IGA SAPI. Selama seminggu saya mencoba memasak menu-menu andalan yang akan saya uji cobakan. Hasilnya mulai muncul order.
Sampai akhirnya, beberapa minggu yang lalu, suami saya mendapat ide dari seorang teman. "Bagaimana kalau dimulai dari catering yang sederhana dulu. Tak butuh tempat, hanya butuh promosi dan tempat untuk memasak,"demikian saran teman tersebut. Dengan saran tersebut, akhirnya saya punya kemantapan hati untuk memulai bisnis makanan ini. "Tapi saya lihat dulu masakannya! Kira-kira bisa diterima orang sini nggak? Saya coba seminggu," kata teman kami tersebut.
Akhirnya, Sabtu 22 Oktober 2011, saya mulai memasak untuk catering. Saya kirim beberapa tester ke teman-teman. Menu pertama saya, GULAI IGA SAPI. Selama seminggu saya mencoba memasak menu-menu andalan yang akan saya uji cobakan. Hasilnya mulai muncul order.
MASAKAN SELERA JOGJA
Hidup di perantauan menuntut kemampuan menyesuaikan diri. Dalam segala hal, tak terkecuali masalah makanan. Ya... makanan. Namun yang saya sebut tersebut termasuk sulit untuk diadaptasi. Lidah saya yang sudah terlanjur terbiasa dengan masakan Jogja - Jateng sulit menyesuaikan dengan variasi masakan Jawa Timur.
Kalau ada orang yang menyediakan jenis masakan Jogja-Jateng mesti saya beli. Tapi tidak selalu memberi kepuasan karena bayangan nikmatnya masakan yang saya idamkan tidak selalu saya temukan. Akhirnya saya lebih suka masak sendiri. Kebetulan saya punya kebiasaan bergaul dengan para juru masak dan pembantu yang biasanya memasak di keluarga kami. Berbekal itulah, saya sedikit banyak mendapat ilmu memasak gaya Jogja-Jateng.
Selain itu, dengan memasak sendiri, saya bisa mengontrol higienitas masakan saya. Saya termasuk sangat concern masalah kesehatan masakan. Pernah saya beli masakan khas, setelah saya bawa pulang dan dalam kondisi dingin ternyata banyak sekali kandungan lemak (gajih/gajeh) dalam masakan tersebut. Sungguh menurunkan selera makan.
Mengalami kondisi seperti itu, sejak lama saya pengin jadi penyedia masakan selera Jogja - Jateng yang higienis. Tentu banyak juga yang akan menyukai masakan saya. Terbayang punya rumah makan Selera Jogja.
Kalau ada orang yang menyediakan jenis masakan Jogja-Jateng mesti saya beli. Tapi tidak selalu memberi kepuasan karena bayangan nikmatnya masakan yang saya idamkan tidak selalu saya temukan. Akhirnya saya lebih suka masak sendiri. Kebetulan saya punya kebiasaan bergaul dengan para juru masak dan pembantu yang biasanya memasak di keluarga kami. Berbekal itulah, saya sedikit banyak mendapat ilmu memasak gaya Jogja-Jateng.
Selain itu, dengan memasak sendiri, saya bisa mengontrol higienitas masakan saya. Saya termasuk sangat concern masalah kesehatan masakan. Pernah saya beli masakan khas, setelah saya bawa pulang dan dalam kondisi dingin ternyata banyak sekali kandungan lemak (gajih/gajeh) dalam masakan tersebut. Sungguh menurunkan selera makan.
Mengalami kondisi seperti itu, sejak lama saya pengin jadi penyedia masakan selera Jogja - Jateng yang higienis. Tentu banyak juga yang akan menyukai masakan saya. Terbayang punya rumah makan Selera Jogja.
Subscribe to:
Posts (Atom)